Senin, 23 Juni 2008

Jangan Menyerah!

Beberapa minggu belakangan ini kita banyak disajikan tayangan-tayangan perhelatan piala eropa (euro 2008). Menarik, melihat 16 negara bertarung, sama-sama menampilkan permainan terbaik mereka. yah, walaupun agak keder juga membayangkan kapan ya timnas kita bisa menampilkan permainan seperti itu. Tapi biarlah, setidaknya kita bisa melihat pertandingan sepakbola yang benar-benar "sepakbola". Nggak seperti yang ditampilkan klub-klub di indonesia saat ini, bukannya sepakbola, malah sepak wasit, sepak pemain lain.
Ya sudahlah, mari kita melihat pertunjukan-pertunjukan yang ditampilkan para orkestra-orkestra lapangan hijau itu di panggung euro 2008. Banyak partai-partai menarik, partai-partai menegangkan, dan sekaligus menghibur. Kita telah melihat bagaimana portugal yang begitu perkasa di babak penyisihan dihancurkan "der panzer" jerman. Perancis yang difaforitkan sebagai calon kuat jawara eropa justru tampil melempem dan gagal menembus babak penyisihan. Dan yang paling mencengangkan dan patut disimak baik-baik adalah partai "Kroasia vs Turki".
Mungkin bukan cuma saya yang terperanjat melihat hasil partai ini. Jutaan pasang mata yang menyaksikan pertandingan ini terperanjat melihat anak-anak asuhan Fatih Terim tampil luar biasa. Bagaimana tidak, setelah bermain imbang di sembilan puluh menit normal, mereka kecolongan oleh gol Ivan Klasnic dimenit ke 119! satu menit lagi babak perpanjangan waktu akan selesai, tapi mereka tidak menyerah. Tepat beberapa detik sebelum wasit meniup peluit akhir, Semih Senturk berhasil mengirim bola ke pojok gawang Kroasia yang tak bisa dijangkau kiper Kroasia, Pletikosa. Gooooll!
Pertandingan terpaksa dilanjutkan dengan drama adu penalti yang dimenangkan oleh Tim Bulan Sabit itu dengan skor 3-1.
Apa yang membuat Turki berhasil bangkit dari ketinggalan danmemenangkan pertandingan? Ya, semangat pantang menyerah! Pantang pasrah sampai peluit terakhir berbunyi-lah yang membuat Turki bisa memenangkan pertandingan. ketinggalan satu gol, sementara waktu tersisa sekian detik tidak mebuat mental pemain-pemain Turki ambruk. Sebaliknya, mereka malah makin bersemangat dan berhasil mencetak gol balasan.
Carut-marutnya kehidupan kita hari ini, nilai akademik yang kacau-balau, belum lagi persoalan-persoalan bangsa kita saat ini terkadang membuat kita berpikir untuk menyerah saja. seringkali kita merasa bahwa kita tidak memiliki kemampuan untuk mengendalikan kehidupan kita. Yang paling parah adalah ketika kita bersikap pasrah dan "melempar tanggung jawab" dengan berujar "serahkan saja pada Tuhan".
Kita seharusnya berkaca dari kesebelasan Turki. Sebelas pemain yang tampil di lapangan, mulai dari kiper sampai striker benar-benar tak kenal kata menyerah! Para pendukung Turki boleh saja terdiam lesu dan lawan tambah bersemangat, tapi mereka tetap konsentrasi pada pertandingan.
Ketika semua orang di sekitar kita tidak lagi mendukung dan telah menyerah, kita harus tetap fight. Kita boleh saja tyerjatuh dan tertinggal di belakang , but The show must go on bro! Waktu tak pernah berhenti dan hidup akan terus berlanjut. Ketika anda menyerah dan berhenti anda akan dilindas!

Minggu, 22 Juni 2008

Tenang saja...

Saya bukanlah seorang maestro sepakbola, yang tahu banyak tentang seni sepak bola, atau tentang bagaimana sepak bola bisa menjadi bagian penting dalam sejarah kehidupan budaya manusia. saya mungkin hanyalah seorang penikmat bola, atau jika meminjam bahasa bang ishak ngeljaratan, saya bukanlah seorang pemain, official, apalagi pelatih, bahkan mungkin saya ini cuma bolanya! Saya hanya senang melihat bagaimana sepakbola menjadi bukan hanya sekedar permainan biasa, tetapi menjadi sebuah falsafah hidup. ya, sebuah falsafah hidup!!
Ketika Rusia berhasil menundukkan Belanda di babak perempat final, Guus hiddink dengan dingin dan tenang berujar, "final masih jauh, tenang saja". Ketika jutaan orang di seluruh dunia terpana menyaksikan keperkasaan "beruang-beruang" rusia saat melumat "de oranje", para pengamat bola langsung menyematkan status calon juara kepada skuad berseragam putih itu. Tapi, guss Hiddink dengan kalem berujar "Tenang saja dulu, final masih jauh!"
Mungkin kata-kata ini hanya sekedar begitu saja terlontar spontan dari mulut si meneer, atau mungkin juga hanya diucapkan agar anak asuhnya tidak lupa daratan, tapi kalau kita menyadari arti sesungguhnya dari ucapan ini, sungguh ucapan ini adalah sebuah pelajaran besar.
Dalam kehidupan sehari-hari kita, betapa banyak di antara kita yang selalu terburu-buru dalam melakukan sesuatu. betapa, dalam keseharian kita, kita selalu saja merasa dikejar waktu! perasaan kita selalu saja merasa gelisah karena selalu mengkhawatirkan apa yang akan terjadi! kita selalu saja tergesa-gesa dalam melakukan segala hal.
Dalam hal inilah, kita seharusnya menyimak baik-baik apa yang dikatakan oleh Guss Hiddinnk tadi. " tenang saja, Final masih jauh!"
Ya, si meneer ingin mengajarkan untuk tidak usah bersikap berlebihan atas apa yang akan terjadi besok. Jangan senang berlebihan, gelisah berlebihan, ataupun takut berlebihan. Tenang saja, "ga usah krasak-krusuk" kata orang jawa. tenang saja dan jangan gelisah.
Tenang bukan berarti diam menunggu bola, atau bahkan pasrah menerima apa yang akan terjadi. tapi, tenang berarti anda selalu siap dengan apapun yang akan terjadi, dan tidak bersikap berlebihan. Kata Fadlanous, tenang berarti fokus pada apa yang akan anda lakukan, bukan pada apa yang akan terjadi!
Kita harus sadar bahwa apa yang kita takutkan pada dasarnya hanyalah ilusi, kalau bukan fatamorgana. Hidup kita bukan besok, sebentar, lusa ataupun kemarin! Hidup hanya saat ini, menit ini, detik ini. Maka jangan takut pada masa depan, tapi fokuslah untuk melakukan yang terbaik, apapun yang bisa anda lakukan, untuk saat ini! sekarang!

Selasa, 15 April 2008

Ubah caramu menjalani hidup!

Hidup bahagia bukanlah tentang memiliki apa yang kamu harapkan , tapi tentang mengubah jendelamu.
Pernah seorang teman mengeluh kepada saya tentang hidupnya yang selalu dihantui kecemasan, mulai dari nilai-nilainya yang anjlok, teman-temannya yang egois, ibunya yang selalu marah-marah dan masalah-masalahnya yang lain yang katanya ga kunjung abis. Saya ga mungkin sok jadi Dale Carnegie buat ngasih dia wejangan-wejangan tentang persahabatan, atau sok jadi Stephen Covey buat ngasih motivasi... Saya cuma memberitahunya satu hal yang selama ini salah hilang dari pikirannya, yaitu cara pandang yang benar menghadapi dunia.
Selama ini kita selalu saja merasa bahwa hidup itu selalu tidak adil terhadap kita, orang-orang di sekitar kita selalu saja menyakiti kita, apa yang kita raih selalu saja tidak dihargai, bahkan kita sampai berani menggugat Tuhan dengan takdir-Nya... Padahal tidak ada yang salah dengan orang lain, tidak ada yang salah dengan dunia ini, juga tidak ada yang salah dengan takdir-Nya. Yang ada adalah kita selalu saja memandang realitas-realitas di hadapan kita dengan penuh dendam seakan-akan dunia telah menghancurkan kita.
Bayangkan kita berada di dalam rumah yang jendelanya kotor dan berdebu, apapun yang ada di luar rumah akan terlihat kotor dan dan tidak menarik. itulah yang terjadi pada kita saat ini. saat kita memandang dunia, kita kita seakan-akan merasa dunia ini begitu tidak adil terhadap kita. Jadi sebelum anda memandang keluar, bersihkan dulu jendela itu. jendela itu ada dalam pikiran kita dan terwujud dalam cara kita meandang realitas yang ada.
Ingat, tak ada seorangpun, atau apapun yang bisa menyakiti perasaan kita, kecuali kita mengizinkannya.

Senin, 14 April 2008

Kunci kebahagiaan

teman-teman, saya punya satu pertanyaan (sangat sederhana) yang harus teman jawab dengan jujur.
Waktu teman-teman masuk ruangan kuliah tadi pagi, apakah teman-teman masih ingat kaki mana yang masuk duluan, kiri atau kanan? atau, waktu tadi masuk ke warnet ini apa teman masih ingat, kaki mana yang masuk duluan?

Saya dengan sangat yakin akan menebak bahwa hampir semua jawaban teman-teman adalah "tidak ingat".
Pertanyaan ini mungkin sangat aneh (kalo ga mau dibilang ngawur), tapi saya hanya mencoba mengungkap sebuah fakta bahwa hampir semua dari kita tidak sedang sadar dengan apa yang kita lakukan, maksud saya adalah bahwa kita tidak benar-benar menikmati hal-hal (yang mungkin kita anggap sepele) dalam kehidupan ini. Kita terjebak dalam rutinitas-rutinitas yang membuat kita tidak mampu menyadari apa yang sedang kita lakukan. karena setiap hari kita melangkah ke dalam ruangan kuliah, karena setiap hari kita melangkah ke ruangan praktikum, PBL, CSL, kita menjadi lupa untuk menikmati setiap gerakan tubuh kita.
Kita secara perlahan-lahan telah menjadi robot bagi rutinitas kita sendiri! naudzubillah
Padahal kunci dari kebahagiaan sesungguhnya adalah kesadaran! sekali lagi kesadaran! ketika kita menyadari apa yang sedang kita lakukan, ketika kita menyadari apa yang sedang terjadi di sekeliling kita, kita telah membuka diri kita untuk menghirup kebahagiaan.
Seseorang pernah bertanya kepada Sang Budha Gautama tentang bagaimana Sang Budha merasakan kebahagiaan dalam hidupnya, lalu Sang Budha menjawab "kami berdiri, kami duduk, kami makan dan kami berjalan".
Lalu orang itu menyanggah, "tapi bukankah kami juga berdiri, duduk, makan dan berjalan seperti anda?".
Sang Budha menjawab, "ya, tapi ketika saya berdiri saya sadar bahwa saya sedang berdiri, begitu pula ketika makan ,duduk dan berjalan".

Teman-teman, cobalah untuk menyadari setiap langkah kita, setiap gerakan tubuh kita, setiap helaan nafas kita, bahkan setiap apa yang kita rasakan. Ketika anda sedang berjalan, sadarlah baahwa anda sedang berjalan, ketika anda sedang belajar sadarilah bahwa anda sedang belajar, bahkan ketika anda sedang marah, sedih atau senang, sadarilah bahwa anda sedang mengalami perasaan itu, sehingga apapun yang anda lakukan adalah murni di bawah kontrol pikiran anda. Dengan menyadari setiap apa yang kita lakukan , setiap apa yang kita rasakan, kita akan menjadi lebih bisa menikmati nikmat-Nya, dan kita akan menjadi lebih bahagia.
selamat mencoba!!